Minggu, 01 Mei 2011

Teori Belajar Pavlov

Pavlov menggunakan anjing sebagai bahan percobaannya. Metode yang digunakan yaitu cara pembedahan pada anjing yang memungkinkan cairan perut mangalir melalui suatu hiliran ( fistula ) keluar dari tubuh, dan cairan itu ditampung. Ketika Pavlov mengukur sekresi perut saat anjing merespons bubuk makanan dia melihat makanan saja telah menyebabkan anjing mengeluarkan air liur. Saat mendengar langkah kai eksperimenter si anjing juga mengeluarkan air liur. Pada awalnya Pavlov menyebut respons itu sebagai refleks “ psikis “.
Mekanisme percobaan Pavlov :
Sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.
            Makanan adalah rangsangan wajar, sedang sinar merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat(kondisi) untuk timbulnys air liur pada anjing tersebut.

A.  OBSERVASI EMPIRIS
Istilah pengkondisian pavlovian dan pengkondisian klasik adalah sama. Unsur yang dibutuhkan untuk melahirkan pengkondisian pavlovian atau klasik adalah
(1)   Uncoditioned stimulus ( stimulus yang tak dikondisikan) ( US ), yang menimbulkan respons alamiah atau otomatis dari organisme.
(2)   Uncoditioned response ( respons yang tidak dikondisikan) ( UR ), yang merupakan respons alamiah dan otomatis yang disebabkan oleh US.
(3)   Conditioned stimulus ( stimulus yang dikondisikan ) ( CS ), yang merupakan stimulus netral kerena ia tidak menimbulkan respons alamiah atau otomatis  pada organisme.
(4)   Conditioned respons ( respons yang dikondisikan ) ( CR ), dapat terjadi ketika unsur – unsur bercampur dengan cara tertentu, akan terjadi CR.
Prosedur training : CS à US à UR
Demonstrasi pengkondisian : CS à CR


Eksistensi CR bergantung pada US, dan itulah mengapa US disebut sebagai penguat ( reinforcer ). Tanpa US, CS tidak akan mampu mengeluarkan CR. Ketika CS tidak lagi menghasilkan CR maka akan terjadi extintion ( pelenyapan ). Pelenyapan terjadi ketika CS disajikan kepada organisme tanpa diikuti dengan penguatan.dalam pengkodisian klasik, penguatan adalah US. Beberapa waktu setelah pelenyapan, jika CS disajikan sekali lagi kepada organisme, maka secara temporer CR akan muncul kembali. CR “ dipulihkan secara spontan “ meskipun tidak ada lagi pasangan CS dan US.
Dalam pengkondisian tingkat tinggi biasanya sampai ketingkat pengkondisian kedua. Namun, bisa saja melampaui pengkondisian tingkat ketiga tetapi sangat sulit karena pengkondisian tingkat tinggi harus dipelajari selama proses pelenyapan.
ü  Generalization ( generalisasi ) mendiskripsikan peningkatan kemampuan memproduksi CR oleh stimuli yang terkait dengan stimulus yang mendahului penguatan, untuk generalisasi kemiripanlah yang sangat penting bukan kedekatan. Atau merujuk pada tendensi untuk merespons sejumlah stimuli yang terkait dengan respons yang dipakai selama training.
ü  Diskrimination ( deskriminasi ) mengacu kepada tendensi untuk merespons sederetan stimuli yang amat terbatas atau hanya pada stimuli yang digunakan selama training saja. Deskriminasi dapat muncul melalui dua cara : Training yang lebih lama dan penguatan diferensial.
Dalam pengkondisian klasik ada dua pertimbangan tentang pengkondisian klasik.
Pertama, harus ada interval antara presentasi optimal antara CS dan US agar pengkondisian terjadi secars tepat.
Kedua, dengan menggunakan pengkondisian klasik, biasanya ditemukan bahwa jika CS muncul setelah US disajaikan, pengkondisan akan sangat sulit untuk diwujudkan atau mungkin mustahil. Hal ini yang biasanya dinamakan Backward conditioning ( Pengkondisian kebelakang ). Nalam pengkondisian klasik terdapat riset yang menunjukkan bahwa CS disajikan setelah US adalah sama informatifnya dengan CS yang disajikan sebelum US, dan karenanya pengkondisian kebelakang adalah mustahil dan juga dalam situasi tertentu, akan mudah untuk menciptakan pengkondisian ke depan.

B.   KONSEP TEORITIS UTAMA

1.             Eksitasi ( kegairahan ) dan hambatan
Menurut Ivan P. Pavlov, ada dua proses dasar yang mengatur semua aktivitas sistem saraf sentral adalah extitation ( eksitasi ) dan Inhibition (hambatan). Pavlov berspekulasi bahwa setiap kejadian di lingkungan berhubungan dengan beberapa titik di otak dan saat kejadian ini dialami, ia cenderung menggairahkan atau menghambat aktivitas otak. Jadi, otak terus – menerus dirangsang atau dihambat, tergantung pada apa yang dialami oleh organisme. Pola eksitasi dan hambatan yang menjadi karakteristik otak ini yang disebut pavlov cortical mosaic (mosaik kortikal)



2.             Stereotip Dinamis
Stereotip Dinamis adalah mosaik kortikal yang menjadi stabil karena organisme berada dalam lingkungan yang dapat diprediksi selama periode waktu tertentu yang lumayan panjang. Jadi, kejadian lingkungan tertentu cenderung diikuti oleh kejadian lingkungan lainnya, dan selama hubungan ini terus terus terjadi, asosiasi antara keduanya pada level neural akan menguat.

3.             Iradiasi dan Kosentrasi
Suatu analyzer terdiri dari reseptor indrawi, jalur sensoris dari reseptor ke otak, dan area otak diproyeksikan oleh aktivitas otak sensori. Informasi sensori (indrawi) yang diteruskan ke beberapa otak akan menimbulkan eksitasi di area itu. Kejadian tersebut awal dari iradiasi eksitasi (irradiation of exitation). Ini adalah proses yang digunakan pavlov untuk menjelaskan generalisasi.
Pavlov juga menemukan bahwa contentration (kosentrasi), sebuah proses yang berlawanan dengan iradasi, mengatur hambatan dan eksitasi. Ia menegaskan bahwa dalam situasi tertentu baik itu eksitasi maupun hambatan dikonsentrasikan pada area spesifik di otak. Proses kosentrasi ini digunakan untuk menjelaskan diskriminasi.

4.             Pengkondisian Eksitatoris dan Inhibitoris
Pavlov mengidentifikasi dua tipe umum, yang pertama, excitatory conditioning, akan tampak ketika pasangan CS ( cinditioned stimulus ) – US ( unconditioned stimulus ) menimbulkan suatu respons. Misalnya sebuah bell ( CS ) yang dipasang berulang kali dengan makanan ( US ) sehingga penyajian CS akan menghasilakan air liur CR ( Conditioned Response )
Conditional inhibitation tampak ketika training CS menghambat atau menekan suatu respons. Misalnya, pavlov berspekulasi bahwa pelenyapan mungkin disebabkan oleh muculnya hambatan setelah CS yang menimbulkan respons itu diulang tanpa suatu penguat.

5.             Pandangan Pavlov tentang fungsi Otak
Pavlov memandang otak sebagai semacam mosaik titik – titik eksitasi dan hambatan. Setiap poin di otak berhubungan dengan satu kejadian environmental. Berdasarkan pada apa yang dialami pada suatu saat, pola eksitasi dan hambatan yang berbeda akan muncul di otak dan pola itu akan menentukan perilaku. Beberapa hubungan di otak adalah antara stimuli yang tidak dikondisikan dengan respons terkait. Yang disebut pertama adalah permanen, dan yang disebut belakangan adalah temporer dan bervariasi sesuai dengan lingkungan.

6.             Sistem Sinyal Pertama dan Kedua
First signal system ( sinyal sistem pertama ), atau “sinyal realitas pertama “ terjadi saat stimuli yang memberi sinyal kejadian yang penting secara biologis (CS). Second signal system ( sistem sinyal kedua ) atau “ sinyal dari sinyal “ terjadi pada saat sinyal – sinyal muncul diorganisasikan dalam sistem kompleks yang akan memandu banyak perilaku manusia.

Jadi, Belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat – syarat ( conditions ) yang kemudian menimbulkan reaksi ( respons ). Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning adalah adanya latihan – latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar yang terjadii secara otomatis.


DAFTAR PUSTAKA

Hergenhahn, B.R dan Olson, Matthew H. 2009. Theories of Learning, Edisi Ketujuh. Jakarta : Kencana.

Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remadja Karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar