1. Behaviorisme Radikal
Skinner mengadopsi dan mengembangkan filsafat ilmiah yang dikenal sebagai radical behaviorism ( bahaviorisme radikal ). Teori belajar behavioristik menggunakan istilah seperti dorongan, motivasi, dan tujuan untuk menjelaskan aspek tertentu dari perilaku manusia dan non manusia. Skinner menolak jenis istilah ini karena istilah itu merujuk pada pengalaman mental yang bersifat pribadi dan menurutnya menyebabkan psikologi kembali kebentun non ilmiah. Menurut Skinner, aspek yang dapat diamati dan dapat diukur dengan lingkungan, dari perilaku organisme, dan dari konsekuensi perilaku itulah yang merupakan materi paling penting untuk penelitian ilmiah.
2. Perilaku Responden dan Operan
Skinner membedakan dua jenis perilaku yaitu :
a. Responden Behavior ( perilaku responden ), yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali.
b. Operant Behavior ( perilaku operan ), yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organisme.
Skinner tidak mengatakan bahwa perilaku operan terjadi secara independent stimulasi ; dia mengatakan bahwa stimulus yang menyebabkan perilaku tersebut tidak diketahui dan bahwa kita tidak perlu mengenali penyebabnya karena hal itu tidak penting. Berbeda dengan perilaku responden, yang bergantung pada stimulus yang mendahuluinya, perilaku operan dikontrol oleh konsekuensinya.
3. Pengkondisian Tipe S Dan Tipe R.
Dengan adanya dua macam perilaku tersebut, ada dua macam pengkondisian yaitu :
a. Respondent Conditioning ( pengkondisian responden ) atau pengkondisian tipe S
Indentik dengan pengkondisian klasik, karena menekan arti penting stimulus dalam menimbulkan respons yang diinginkan. ( berdasarkan besaran / magnitude dan respons yang terkondisikan).
b. Operant Conditioning ( pengkondisian operan ), pengkondisian tipe R
Tipe kondisi yang menyangkut perilaku operan dinamakan tipe R karena penekanannya pada respons.
4. Prinsip Pengkondisian Operan
a. Setiap respons yang diikuti stimulus dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang.
b. Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata – rata terjadinya respons operan.
5. Kotak Skiner ( skiner box )
Kotak skiner merupakan perkembangan dari puzzle box Thorndike. Skiner menggunakan binatang ( tikus dan merpati ) untuk percobaannya. Kotak Skiner biasanya menggunakan lantai berkisi – kisi, cahaya, tuas, atau pengukit dan cangkir makanan. Ketika hewan tersebut menekan tuas, maka secara otomatis, secuil makanan akan jatuh ke cangkir makanan.
6. Pencatatan Komulatif
Untuk mencatat perilaku hewan dalam kotak Skiner, Skiner menggunakan pencatatan komulatif ( Comulative Recording ). Waktu dicatat pada sumbu X dan total exsperimen respons dicatat Y. Pencatatan komulatif ini tidak pernah turun, garisnya naik atau tetap sejajar dengan sumbu X.
Ketika catatan komulatif menunjukkan garis yang sejajar atau paralel dengan sumbu X, maka hal itu berarti tak ada respons, artinya hewan tidak menekan tuas. Ketika hewan merespons dengan menekan tuas, maka penulisan garis akan naik dan akan tetap di level itu sampai hewan merespons lagi.
7. Pengkondisian Respons Penekanan Tuas
Langkah yang digunakan daam pengkondisian respons tuas yaitu :
a. Deprivasi
Adalah perangkat prosedur yang dihubungkan dengan bagaimana suatu organisme melakukan tugas tertentu. Pada proses ini hewan percobaan diletakkan dalam jadwal deprivasi. Jika makanan akan dipakai sebagai penguat, hewan itu tidak diberi makan selama 23 jam selama beberapa hari sebelum percobaan. Jika yang dipakai sebagai penguat adalah air minum, maka hewan tidak diberi minum selama 23 jam sebelum percobaan. ( kotak skinner didesain untuk memberi secuil makan atau beberapa tetes air ).
b. Magazine Training
Setelah menjalani deprivasi, hewan kemudian diletakkan di dalam kotak skinner. Eksperimenter menggunakan tombol eksternal dan secara periodik menarik mekanisme pemberian makanan ( yang juga dinamakn Magazine ), dan memastikan hewan itu tidak dekat – dekat dengan cangkir makanan saat eksperimenter menekan tombol ( sebab jika tidak, hewan itu akan belajar untuk tetap dekat – dekat dengan cangkir makanan ). Ketika mekanisme pemberian makanan diaktifkan dengan tombol eksternal, akan menghasilkan bunyi klik yang cukup nyaring sebelum potongan makanan jatuh ke cangkir makanan. Pelan – pelan hewan itu akan mengasosiasikan ( mengaitkan ) suara klik dari magazine itu dengan adanya makanan.
c. Penekanan tuas
Hewan dibiarkan sendiri dikotak skinner. Pada akhirnya hewan itu akan menekan tuas, yang akan mengaktifkan magazine makanan, menimbulkan bunyi klik dan memberi sinyal bagi hewan itu untuk mendekati cangkir makanan. Menurut prinsip pengkondisian operan, respons penekanan tuas, setelah diperkuat, akan cenderung di ulang, dan saat di ulang, respons itu diperkuat lagi, yang meningkatkan probabilitas pengulangan respons penekanan tuas.
8. Pembentukan
Pembentukan terdiri dari dua komponen, yaitu :
a. Differential Reinforcement ( penguatan defernsial )
Adalah sebagian respons diperkuat dan sebagian lainnya tidak.
b. Succesive approximation ( keadaan suksesif )
Adalah fakta bahwa hnnya respons – respons yang yang semakin sama dengan yang diinginkan oleh eksperimenterlah yang akan diperkuat.
9. Pelenyapan / Extention
Adalah mencabut penguatan dari situasi pengkondisian operan. Setelah pelenyapan, respons akan kembali kepada respons dimana penguat belum diperkenalkan. Selama akuisisi hewan mendapatkan secuil makanan setiap kali dia menenekan tuas. Dalam situasi ini hewan belajar menekan tuas dan akan terus melakukannya sampai ia kenyang. Jika mekanisme pemberian makanan mendadak dihentikan dan karenanya penekanan tuas tidak akan menghasilkan makanan
10. Pemulihan Spontan/Spontaneous Recovery
Setelah melakukan pelenyapan, hewan dikembalikan lagi keasalnya selama waktu tertentu, kemudian dikembalikan lagi kesituasi percobaan, ia akan menekan tuas tanpa dilatih lagi. Inilah yang dinamakn pemulihan spontan.
11. Perilaku Takhayul ( superstitious bahavior )
Perilaku ritualistik, kecakapan bahwa yang akan dilakukannya akan menghasilkan makanan terjadi setelah pengkondisian operan ketika mekanisme pemberian makanan diaktifkan, respons akan diperkuat kemudian akan mengaktifkan respons ritualistik.
12. Operant diskriminatif
Pada kotak skinner dikondisikan sedemikian rupa agar hewan menekan tuas saat lampu menyala hewan mendapatkan secuil makanan. Dan jika lampu padam, hewan tidak menekan tuas dan tidak mendapatkan makanan. Dalam kondisi ini cahaya menyala didefinisikan ( SD ), cahaya padam ( SΔ ). Itu adalah pengembangan dari operant deskriminatif, yang merupakan respon operan yang diberikan untuk satu situasi tetapi tidak untuk situasi lainnya. Tatanan ini dapat disimbolkan sbb : SD àR à SR di mana R adalah respons operan dan SR adalah stimulus yang menguatkan. Jadi operan diskriminatif melibatkan suatu sinyal yang menimbulkan respons yang pada gilirannya menimbulkan penguatan. Contohnya pada kehidupan sehari – hari. Saat sedang mengendarai sepeda motor, kita bertemu dengan lampu merah ( SD ), yang menyebabkan berhenti (R). oleh sebab itu kita tidak terkena tilang atau kecelakaan (SR).
13. Penguat Sekunder
Berdasarkan prinsip penguatan sekunder , pemasangan cahaya dengan makanan akan menyebabkan cahaya memiliki properti penguatan tersendiri. Cara untuk mengujinya adalah dengan melenyapkan respons penekan tuas, sehingga ketika hewan menekan tuas tidak ada makanan atau miuman yang dieberikan. Pada saat tingkat respon penekan tuas ini menurun ke level operan, penekanan tuas itu diatur agar menyalakan cahaya tetapi tidak menghasilkan makanan. Dalam hal ini skinner mencatat ada peningkatan respons. Karena cahaya itu meningkatakan tingkat respon dan cahaya itu juga memperlama pelenyapan. Dapat dikatakan bahwa cahaya itu memiliki karakteristik penguat tersendiri melalui asosiasinya dengan makanan pada masa training.
14. Penguat yang digeneralisasikan.
Generalized reinforce ( penguat yang digeneralisasikan ) adalah penguat sekunder yang dipasangkan dengan lebih dari satu penguat utama. Keuntungan dari penguat yang digeneralisasikan adalah tidak tergantung pada kondisi deprivasi agar bisa efektif. Contohnya makanan dan uang, hanya akan memperkuat untuk organisme yang kelaparan, tetapi uang dapat dipakai sebagai penguat tanpa tergantung seseorang kelaparan atau tidak. Setiap aktivitas yang pernah menybabkan penguatan mungkin akan menjadi penguatan itu sendiri.
Skiner terkenel dengan konsep Functional Autonomi ( autonimi fungsional ) dari Gordon Allport (1961) berpendapat bahwa meskipun suatu aktivitas pernah dilakukan karena aktivitas itu menimbulkan penguatan, setelah beberapa waktu aktivitas itu sendiri menjadi suatu penguat.
15. Perantaian
Yang disebut dengan proses perantaian atau proses berantai adalah Suatu respon dapat membawa organisme berhubungan dengan stimuli yang bertindak sebagai SD untuk respons lainnya, yang pada gilirannya akan menyebabkannya mengalami stimuli yang menyebabkan respons ketiga, dan seterusnya. Misalnya, tindakan menekan tuas dalam kotak skinner bukan merupakan proses yang tunggal. Stimulus dalam kotak skinner bertindak sebagai SD menyebabkan hewan mendekati tuas. Saat melihat tuas hewan akan mendekatinya dan menekannya. Penekan mekanisme pemberi makanan bertindak sebagai SD tambahan, yang menyebabkan hewan mendekati makanan. Tindakan memakan makanan berperan sebagai SD, yang menyebabkan hewan mendekati tuas dan menekannya kembali. Dalam hal ini potongan makanan bertindak sebagai penguat positif utama. Dapat dikatakan bahwa berbagai elemen rantai perilaku disatukan oleh penguat – penguat sekunder, namun keseluruhan rantai perilaku tergantung pada penguat utama.
16. Penguat positif dan negatif.
Untuk mempersingkat pandangan Skinner, pertama adalah primary positive reinforcement ( penguat positif primer ). Sesuatu yang memperkuat organisme secara alamiah dan berkaitan dengan survival, seperti makanan atau minuman.
Kedua primary negative reinforcement ( penguat negatif primer ) adalah sesuatu yang membahayakan secara tidak alamiah bagi organisme, seperti setrum listrik atau suara yang tinggi. Penguatan positif tidak disebut positif lantaran respons menghasilkan sesuatu yang menyenangkan atau diinginkan. Demikian pula, penguatan negatif tidak disebut negatif lantaran respons menghasilkan sesuatu yang buruk atau menyenangkan
17. Hukuman ( punishment )
Punishment terjadi ketika suatu respons menghilangkan sesuatu yang positif dari situasi atau menambahkan sesuatu yang negatif. Hukuman didesain untuk menghilangkan terulangnya perilaku yang ganjil, berbahaya, atau perilaku yang tidak diinginkan lainnya dengan asumsi bahwa seseorang yang dihukumakan berkurang kemungkinannya mengurangi perilaku yang sama. ( Skinner 1971 ).
Argumen utama Skinner menentang penggunakan hukuman adalah bahwa hukuman itu dalam jangka panjang tidak efektif. Jadi hukuman sering kelihatannya sangat berhasil padahal ia sebenarnya hanya menghasilkan efek temporer. Ada beberapa argumen yang menentang hukuman yaitu :
a. Hukuman menyebabkan efek samping emosional yang buruk
b. Hukuman menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan organisme, bukan apa yang seharusnya organisme.
c. Hukuman menjustifikasi tindakan menyakiti pihak lain
d. Berada dalam situasi dimana perilaku yang dahulu dihukum kini dapat dilakukan tanpa mendapat hukuman lagi mungkin akan akan menyebabkan anak mersa diperbolehkan melakukannya lagi.
e. Hukuman akan menimbulkan agresi terhadap pelaku penghukum pihak lain.
f. Hukuman sering mengganti respons yang tidak diinginkan dengan respons yang tak diinginkan lainnya.\
18. Alternatif untuk hukuman
Situasi yang menyebabkan perilaku yang tidak diinginkan bisa diubah, dan itu akan mengubah perilaku. Misalnya, memindahkan gelas hiasan dari ruang keluarga akan mengeliminasi problem anak memecahkan barang itu. Respons yang tidak diinginkan dapat diubah menjadi menjemukan dengan cara membiarkan organisme melakukan respons yang tak diinginkan itu sampai ia bosan. Cara lainnya, adalah membiarkan waktu yang menentukan, tetapi cara ini boleh jadi akan terlalu lama. Kebiasaan tidak mudah dilupakan. Alternatif lainnya adalah memperkuat perilaku yang tidak sesuai dengan perilaku yang tidak diharapkan ( misalnya, anak diajak untuk membaca sebelum ia bermain korek api ketimbang menemukannya karena bermain korek api ).
19. Perbandingan Skiner dan Thorndike
Antara Skiner dan Thorndike terdapat banyak persamaan pendapat dalam sejumlah isu penting, tetapi juga mempunyai perbadaan diantara keduanya. Perbedaan ini diantaranya pengkondisian operan Skiner dengan pengkondisian Instrumental Thorndike mengilustrasikan bahwa dua pendekatan itu berbeda dan istilah operan dan instrumental tidak dapat digantikan. Sehingga Skiner dianggap revolusioner dalam sejarah teori belajar.
20. Jadwal Penguatan
Meskipun Pavlov (1927, h. 384-386) melakukan penelitian penguatn parsial, menggunakan pengkondisian klasik, tetapi Skinnerlah yang secara meneliti secara menyeluruh topik ini. Skinner telah memublikasikan data tentang efek dari penguatan parsial ketika Humphreys (1939a, 1939b) mengguncang dunia psikologi dengan menunjukkan bahwa proses pelenyapan adalah lebih cepat sesudah penguatan 100 persen ketimbang sesudah penguatan parsial. Artinya, jika suatu organisme menerima penguat setiap kali ia membuat respon yang tepat selama proses pelenyapan,maka responnya akan lenyap lebih cepat ketimbang organisme dengan respons benar yang tidak mencapai 100 persen. Skiner telah mempublikasikan tentang penguatan parsial. Penguatan parsial akan menyebabkan resistensi yang lebih besar terhadap pelenyapan ketimbang penguatan yang berkelanjutan atau pengutan 100 persen, dan fakta ini dinamakan Partian Reinforcement Effect ( PRE).
Skinner mempelajari efek penguatan parsial ini secara ekstensif dan akhirnya menulis sebuah buku bersama Ferster yang diberi judul Schedules of Reinforcement (Ferster & Skinner,1957). Ada beberapa penguatan yang lazim dipakai yaitu :
1. Continuous Reinforcement Schedule ( CRF ), jadwal penguatan berkelanjutan.
Dengan menggunakan CRF, setiap respons yang tepat selama akuisisi akan diperkuat. Dalam studi penguatan parsial, hewan dilatih dahulu pada jadwal penguatan 100 persen dan kemudian dipindah kepenguatan parsial.
2. Fixed Interval Reinforcement Schedule ( FI ), jadwal penguatan internal tetap.
Dengan menggunakan FI, hewan akan diperkuat untuk satu respons yangg dibuat hanya setelah sederet interval waktu. Pada awal interval waktu tetap, hewan merespons dengan lambat atau bahkan tidak merespons sama sekali. Saat akhir waktu interval makin dekat, hewan pelan – pelan meningkatkan kesepatan responsnya, dan tampak mengantisipasi moment penguatan. Jenis respons ini menghasilkan suatu pola pada pencatatan komulatif yang disebut Fixed interval scallop.
3. Fixed Ration Reinforcement Schedule ( FR ), jadwal penguatan rasio tetap.
Setiap respons ke – n yang dilakukan hewan akan diperkuat. Faktor penting menentukan kapan suatu respons diperkuat adalah jumlah dari respons yang diberikan. Secara teori, hewan pada jadwal interval tetap dapat membuat satu respons saja disetiap akhir interval dan diperkuat setiap kali ia merespons. Dengan jadwal rasio tetap hal itu tidak mungin ; hewan harus merespons sejumlah tertentu sebelum diperkuat.
Postreinforcement pause terdaji saat penguatan FI dan FR, respons yang diperkuat diikuti oleh depresi ( penurunan) tingkat respons. Jadwal FR biasanya menghasilkan garis seperti undak – undakan, yang menunjukkan bahwa hewan secara temporer berhenti memberi respons setelah suatu respons diperkuat dan kemudian, pada satu titik tertentu, kembali merespons dengan cepat.
4. Variable Interval Reinforcement Schedule ( VI ), jadwal penguatan interval variabel.
Hewan diperkuat setelah memberi respons pada akhir interval dari durasi variabel. Yakni, alih – alih menggunkan interval waktu tetap, seperti dalam jadwal FI, hewan itu diperkuat pada rata – rata. Jadwal ini mengeliminasi efek yang menyebabkan garis berlekuk – lekuk seperti yang dijumpai di jadwal FI dan menghasilkan tingkat respons yang tetap dan moderat.
5. Variable Ratio Reinforcement Schedule ( VR ) , jadwal penguatan rasio variabel.
Mengeliminasi bentuk undak – undakan dalam catatan komulatif seperti yang dijumpai pada jadwal FR dan menghasilkan tingkat respons yang tertinggi diantara lima jadwal yang telah dibahas sejauh ini.
6. Cuncurrent Schedule and the Mathcing Law
Skinner (1950) melatih burung dara untuk mematuk 2 kunci operan yang tersedia pada saat yang bersamaan tetapi memberikan penguat di bawah jadwal yang berbeda. Prosedur ini dinamakan sebagai concurrent reinforcement schedules (jadwal penguatan secara bersamaan).
7. Cuncurrent Chain Reinforcement Schedule
Jadwal penguatan bersama di pakai untuk meneliti perilaku pilihan-sederhana, sedangkan concurrent chain reinforcement schedule (jadwal penguatan rantai secara bersamaan) di pakai untuk meneliti perilaku pilihan kompleks. Dengan jadwal rantai bersama ini perilaku hewan selama fase awal eksperimen akan menentukan jadwal penguatan apa yang akan di alaminya selama fase kedua atau fase penghentian.
Apa yang mengubah preferensi kepenguat kecil dan langsung menjadi preferensi ke penguat besar dan tidak langsung ? jawabannya tampaknya adalah waktu. Di tunjukkan bahwa penguat kehilangan nilai penguatannya seiring dengan berlalunya waktu. Jadi, suatu organisme mungkin memeilih penguat kecil jika penguat itu langsung tersedia tetapi ia tidak akan merencanakannya untuk masa depan. Jika ada penundaan, organisme cenderung memilih penguat yang lebih besar. Schwartz, Wasserman, dan Robbins (2002) menggeneralisasikan temuan ini untuk manusia:
Misalnya ada pilihan antara ninton film di bioskop dan belejar di waktu malam kita bisa membayangkan bahwa pergi nonton bioskop akakn menghasilkan penguatan kecil tetapi langsung (hiburan malam), sedangkan belajar menghasilkan penguatan besar yang tertunda (lulus ujian denga nilai bagus) . Ketika diberi pilihan antara belajar mulai jam 7:45 malam atau meneonton bioskop. Namaun jika pilihan itu tersedia pada jam 9 pagi, sehingga kedua penguat itu mengalami penundaan, maka siswa akan memilih belajar pada malam itu. (h.229.)
8. Proggresive Ratio Schedule and Behavioral Econimics
Dengan Progressive Ratio Schedule and Beavioral Economics (jadwal penguatan rasio progresif) , hewan percobaan memulai dengan jadwal rasio rendah (biasanya FR) , dan rasio respon terhadap penguatan secara sistematis di tingkatkan selama sesi training selanjutnya. Sementar jadwal bersamaan dan jadwal rantai bersamaan dapat di pakai untuk menangani problem pilihan yang relatif rumit, jadwal rasio progresif bisa menyediakan alat untuk mempelajari perilaku kemenjuran penguat yang kompleks.
Pada intinya , metode rasio progresif mengharuskan hewa percobaan menunjukan, dalam term behavioral, timgkat maksimum yang mesti “di bayarkan” hewan itu untuk mendapatkan penguat tertentu. Karena satu-satunya modal yang di miliki hewan saat itu adalah perilakunya, kita meningkatkan rasio respon terhadap penguat untuk melihat seberapa keraskah atau seberapa lamakah suatu organisme berusaha untuk mendapatkan penguatan . kita sekali lagi menegaskan bahwa problem kemanjuran penguatan adalah problem yang kompleks yang mungkin mesti di kaji melelui banyak cara. Metode rasio progresif menangani priblem ini dengan meningkatkan persyaratan behavioral untuk penguatan sampai hewan percobaan berhenti “membayar harga” (melakukan usaha) yang di perlukan penguat .
21. Perilaku Verbal
Skinner percaya bahwa perilaku veerbal ( bahasa ) dapat dijelaskan dalam konteks teori penguatan. Bicara dan mendengar adalah respons – respons yang dipengaruhi oleh penguatan. Setiap ucapan akan cenderung diulang jika ucapan itu diperkuat.
1. Mand
Kata mand berasal dari fakta bahwa ada permintaan (demand). Ketika permintaan dipenuhi, ucapan (mand) diperkuat, dan saat kebutuhan seseorang muncul lagi di waktu yang lain, orang itu kemungkinan akan mengulangi mand tersebut.
2. Tact
Secara umum, tact adalah penamaan objek atau kejadian di lingkungan dengan tepat, dan penguatannya berasal dari penguatan kesesuaian antara lingkungan dan perilaku verbal seseorang.
3. Echoic Behavior
Suatu echoic behavior adalah perilaku verbal yang diperkuat saat perilaku verbal orang lain diulang secara verbatim (persis kata demi kata). Echoic behavior sering merupakan prasyarat untuk perilaku verbal yang lebih kompleks; misalnya, seorang anak pertama-tama harus menirukan suatu kata sebelum anak itu bisa belajar cara menghubungkan kata itu dengan kata lain atau dengan suatu kejadian. Jadi, tindakan mengulangi sesuatu yang dikatakan orang lain akan diperkuat, dan ketika respons ini telah dikuasai, ia akan memungkinkan pembicara untuk mempelajari lebih banyak hubungan verbal yang kompleks.
4. Autoclitic Behavior.
Menurut Skinner (1957), “Istilah autoclitic dimaksudkan untuk menunjukkan perilaku yang didasarkan pada, atau bergantung pada, perilaku verbal lain” (h.315). fungsi utama autoclitic behavior adalah untuk mengkualifikasikan respons, mengekspresikan relasi, dan menyediakan kerangka gramatikal untuk perilaku verbal.
22. Kontrak Kontingensi
Contingency contracting ( Kontrak Kontingensi ) berarti menyusun semacam tata situasi di mana seseorang mendapat sesuatu yang diinginkan apabila oarang itu bertindak dalam cara tertentu. Beberapa situasi dapat ditata dan mencakup perilaku sederhana. Kontrak kontingensi sendiri adalah cara memodifikasi perilaku melalui kontingensi penguatan langsung ketimbang penguatan tidak langsung. Misalnya, efek nikotin dalam rokok lebih bersifat menguatkan yakni langsung dirasakan kenikmatannya, ketimbang berpendapat bahwa berhenti merokok akan memperpanjang usia.
23. Sikap skiner Terhadap Teori Belajar
ü Skinner percaya bahwa tak perlu merumuskan teori yang rumit untuk mempelajari perilaku manusia, dan dia juga percaya bahwa kita tak perlu tahu korelasi fisiologis dari perilaku.
ü Skinner juga berpendapat bahwa teori belajar yang kompleks, seperti teori Hull, adalah membuang-buang waktu dan sia – sia. Pada satu teori – teori seperti itu mungkin berguna dalam psikologi, namu ia tak akan lagi berguna saat kita berhasil mengumpulkan lebih banyak data lagi.
ü Skinner mengatatan bahwa menemukan hubungan dasar antara kelas – kelas stimuli dan kelas – kelas respons, oleh karena itu penggunaan teori dalam mempelajari proses belajar tidak bisa dijustifikasi.( Skinner 1950)
ü Pendekatan Skinner (1953) untuk riset adalah dengan melakukan functional analysis ( analisis fungsional ) antara kejadian perangsang ( stimulus ) dengan perilaku yang dapat diukur.
ü Skinner merekayasa jam – jam deprivasi makanan, minuman, dan mencatat efeknya terhadap tingkat respons penekanan tuas ; atau dia mengamati efek dari jadwal permuatan terhadap tingkat respons atau resistensi terhadap proses pelenyapan.
ü Dalam menentukan apa yang mesti diteliti, skinner mengatakan dia tidak menggunakan pedoman toritis namun dia menggunakan proses coba – coba. Pertama dia mencoba satu hal, lalu mencoba hal lain. Jika ia melihat satu riset tidak menghasilkan sesuatu yang berharga, ia akan beralih keriset yang lain untuk mendapatkan sesuatu yang lebih berharga.
24. Kebutuhan akan teknoligi perilaku
Dalam bukunya yang baru, skinner memperbaharui saran menggunakan teknologi perilaku guna memecahkan masalah manusia. Dalam artikel ini skinner berpendapat bahwa lima praktik kultural telah mengikis kekuatan efek dari kontegensi penguatan. Praktik kultural itu yaitu :
a. Mengalienasikan pekerja dari konsekuensi kerja mereka
b. Membantu mereka yang sebenarnya bisa membantu dirinya sendiri
c. Membimbing perilaku dengan aturan, bukan dengan memberi konsekuensi yang menguatkan
d. Mempertahankan sanksi dari pemerintah dan agama yang merugikan individu
e. Memperkuat perilaku menonton, mendengar, membaca, berjudi, dan seterusnya sembari memperkuat sedikit perilaku lainnya.
Teori belajar skinner sangat mempengaruhi psikologi. Apapun bidang psikologi yang dipelajari seseorang, kemungkinan besar akan mejumpai satu atau beberapa aspek pendapat skinner. Karakteristik dari teori yang baik adalah akan menimbulkan riset, dan teori skinner jelas termasuk dalam kategori ini.
nice mbak bro....
BalasHapusboleh tau gak postingan ini diambil dari sumber mana saja ya? terima kasih... :)
BalasHapus